Cari Blog Ini

Jumat, 27 Mei 2011

Terekam

Merekam lalu terekam, dimulai dengan cara alamiah oleh mindset manusia sampai tak tersisa. Melihat segala macam kehidupan sampai segala macam kegelapan. Siapa saja yang peduli, pasti mereka akan menggali. Mendapatkan gambaran hidup, seperti jeritan kesedihan, renungan, kegembiraan, perseteruan menggunakan mesin-mesin digital peka jaman. Satu mata pasti akan membuka sedikit sampai beribu mata gambaran pengetahuan alami oleh rakitan yang telah dicipta. 
Setajam mata panah jika mengikuti arah mata angin, sehingga apa adanya yang tak dibuat-buat semakin bisa dinikmati. Mengarah pada suatu permasalahan setidaknya menjadi bagian dari cerita. Siapa tahu dalam setiap tahun menjadi kenangan yang selalu ditempati. Maka jalanku tak jauh beda dengan roll film kamera, kadang tersendat jika mesin pemutar tak bekerja dengan baik dan hasil yang didapat atau dikeluarkan tidak memuasakan. 
Tidak ada perbandingan, bagiku semua sama saja. Hanya ada baik dan benar dari satu pandang mata manusia. Bagaimana jika potensi selalu dijajah oleh persepsi? apakah keberuntungan nilai dapat jadi hadiah sepihak penuh pengharapan. Hanya saja semua terlihat ingin memperebutkan kebenaran, benar dihati akhirnya menjadi kelompok tak tahu diri. Muncullah kata rendahan, dari rasa ketidak mampuan yang selalu hidup dari kata persepsi.
jika kita menjelajah lagi hidup dari segi kehidupan untuk memperebutkan kebenaran, maka ada saja yang tertinggal dan terlupakan oleh mata yang serius untuk menguasai kebenaran. Terlantar menjadi tak tahu arah, di tanah subur hanya menjadi pengharap belas kasihan. Doa-doa rintihan tak henti-hentinya meluncur ke langit untuk mempertanyakan kekuasaan Tuhan. Kaum-kaum lemah yang hidup di tengah perputaran dunia modern tetap saja begitu. Siapa yang tahu, masih sedikit yang peduli.
Mata-mata kebahagiaan di atas mata-mata keterpurukan, siapa yang lemah tak sebahagia mereka yang merasa dekat dengan Tuhan. Bagaimana membedakan bahagia dan kesedihan jika bumi sedang bergejolak lantas beringas, seakan tidak kuat melihat lapisan hidup manusia tidak punya rasa puas dengan apa yang dimilikinya selain hidup berharga di Bumi. Air pemenangnya, Api pemenangya, Angin pemenangnya. Akhir dari perselisihan, akhir dari memperebutkan dan akhir dari doa mereka yang tertindas. Mereka berduka karena kehilangan, mereka merintih karena kesakitan, dan mereka bahagia telah pergi dari muka bumi karena merasa sering tertindas.
Setelah kita diingatkan akan kehilangan, banyak bukti membutuhkan keseimbangan. Putaran dari roda kehidupan muncullah keseimbangan abadi. Tak tahu dari mana asalnya kata "cinta" ini, muncul untuk mendamaikan, muncul untuk menghangatkan. Semua yang kaku kembali mencair, untuk beku bersama secara abadi. Walau "cinta" tak semua indah, sehingga tajamnya silet tidak menghentikan nyawa yang berdiri atas nama "cinta" berwarna merah. Kita ingin kembali, kita ingin berbagi, semua terbenam sehingga sadar bahwa "cinta" membuka tabir kedamaian dan kebahagiaan di setiap mata-mata manusia.
 
27/05/11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar