Cari Blog Ini

Jumat, 25 Februari 2011

WISE

Saya Ingin Menjadi Tunas Kelapa.
Melukis cerita di lembar kehidupan, menyisiri jalan tak lantas diam bergaram. Berganti hari tetap pada prinsip hidup. Jalankan yang telah di pilih atau merupakan pilihan rasional. Lihatlah pohon kelapa yang tegak tinggi menjulang hanya sendiri menopang hidupnya. Sampai pada regenerasi yang di lahirkan menjadi kekuatan baru bagi tubuhnya. Menyaksikan alam yang penuh dengan drama manusia, berbisik angin melewatkan harinya. Apa yang dapat di perbuat, karena yang di perlihatkan adalah keindahan dan kedamaian. Dapat menari di sekitar perbedaan yang di sebut peradaban lingkungannya.
Belajarlah dari “pohon kelapa” yang melambangkan keindahan dan memperlihatkan sesuatu yang bijak. Tanpa ada dramatisir yang di ciptakan, karena kuat meninggi di peka jaman. Biasa saja, mengikuti alur kerja alam. Bergoyang mengikuti sepoi angin bertiup, semakin kokoh menahan gempuran badai yang berteriak. Benarkah demikian?
Ya, yang terlihat berdiri sendiri tanpa harus di mengerti. Ternyata ada beribu serabut akar kecil yang teguh. Menghidupkan seperti jantung dan paru-paru bekerja menopang itu semua. Beradaptasi mengenal situasi, hidup dimanapun pohon kelapa bediri.
Kita sebagai manusia semakin merasakan sebagai makhluk yang luar biasa karena memiliki otak yang dapat mersionalkan dan mengirasionalkan pikiran. Dapat kita menciptakan keindahan dan kekokohan prinsip hidup, dengan menyesuaikan apa yang di pandang kedua belah mata kita. Hidup seperti permainan, manusia adalah pemeran utama yang di sutradarai oleh Tuhan kita. Seperti pada halnya kehidupan dunia, ada pilihan sebagai manusia normal, manusia abnormal, orang baik, orang jahat, orang kuat atau orang lemah. Tetapi bijak adalah sifat yang di miliki banyak peran itu. ya, selalu. Apakah kita dapat menghidupkannya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar